Terakhir kali ke Yogya di bulan Juni 2019 untuk event yang harusnya berlangsung 2 hari. Tapi malam hari pertama saya memutuskan pulang ke Jakarta karena mama harus dibawa ke IGD. Dan walaupun waktu itu cukup sering bolak balik IGD, saya nggak tenang kalo nggak nungguin sendiri. Jadilah malam2 saya memutuskan untuk cari pesawat terakhir dan pulang ke Jakarta, langsung ke RSCM dari bandara. Rasanya campur aduk waktu terbang, karena nggak tau berita apa yang akan didapat begitu mendarat dan HP aktif lagi.
Hari ini kembali lagi ke Yogya, trip2 terakhir dalam jabatan ini. Ingat di bulan Juni lalu saya sempat browsing Tripadvisor dan pengen banget nyobain Six Senses, resto Spanish/ Mediterania paling beken di Yogya sini. Tapi ya itu, saat saya menimbang2 mau pergi apa nggak, hati saya memilih pulang saja sehingga saya buru2 naik ojek ke bandara bukannya ke Six Senses. Kali ini saya bertekat mau memanjakan diri sendiri dan akan beneran nyobain resto ini. Setelah mendarat sore2, saya telpon untuk reservasi, bersih2 sedikit, lalu pergi deh.
Sempat bertanya2 sendiri apakah bisa puas makan sendirian disana, mengingat tapas dan appetizer yang ada itu enaknya dimakan bareng2 biar bisa coba macam2 jenis. Tapi masa bodoh lah, akhirnya pergi juga dengan tujuan pengen paella dan dessert. Restorannya bergaya Jawa dengan perabot Eropa, chandelier gede2 dan taman luas dengan patung2 Yunani. Sementara yang lain pada kencan, gue makan sendirian. Tapi asik aja kok. Waiters-nya attentive dan enak komunikasinya tanpa ngarah2in untuk mesen makanan tertentu. Dari awal saya udah bilang bahwa mau fokus ke main dish dan dessert, jadi nggak mesen appetizer/sup/tapas. Mungkin karena weekday ya, restonya nggak rame jadi gak ada kesan diburu2 juga supaya cepet kelar duduknya.
Saya sih suka paella-nya. Pertama, nggak benyek! Kedua, nggak over seasoned. Udah gitu isinya lumayan banyak walaupun banyakan potongan ayam. Somehow I expected scallop 🙂 Makan paella ditemani white wine, jadi enaknya nambah, hehehhee.
Setelah itu, dessert-nya datang. Sesuai kebiasaan, mesen coklat dong, yang dark pastinya. Ada dessert namanya Dark Side, sebetulnya lava cake dengan es krim sih. Tapi itu yang paling tidak manis dari dessert yang lain jadi pesen yang itu aja. Dan nggak nyesel mesen itu.
Yang bubuk2 itu adalah remukan cake, dikasih es krim coklat rum (does it have actual rum? maybe) dengan sekeping crepe garing di atasnya. Asli, wanginya kayak martabak coklat kacang wijen, hahahahhaa. Yang lucu ada coklat bentuk Dart Vader because he crossed to the dark side, get it? 🙂 Untuk nemenin dessert, akhirnya mesen kopi. Ada yang namanya “cortado”, yaitu espresso dikasih susu dengan proporsi yang sama. Okelah cobain, kan belom pernah. Dessert coklat semi manis ditemani kopi pahit emang enak banget, apalagi sambil mandang taman yang ijo2. Abis itu dikasih complimentary limoncello sedikit (ukuran shot glass), jadi lumayan deh berasa buzzed abis minum wine plus limoncello.
Sambil makan, jadi merenung2 juga. Terakhir kali pengen kesini, nggak jadi karena memilih pulang nemenin mama. Selama 2 tahun mengatur jadwal mission dan berobat mama, jadi mama udah biasa denger “tunggu ya, kakak pergi ke X, Y, Z dulu nanti tanggal sekian baru kita ke dokter/lab”. Dan beliau inget lho jadwal mission saya walaupun kadang saya pergi sambung2. Pasti nanti bilang, si kakak kan abis ke X, Y, Z, dst. Sekarang bisa pergi mission tanpa ada yang nungguin, tanpa ada yang harus diatur jadwal berobatnya, tapi kok pengen seperti dulu lagi. Biarin sakit pinggang karena mendarat di Jakarta malam2 banget dan jam 5 pagi udah di RSCM lagi, biarin!
Hari ini saya menghadiri kick-off meeting untuk pekerjaan di posisi baru. Meeting formal dihadiri 10 orang lebih, sementara dari kami hanya ada 2 orang. Selama 4 jam menerima pengarahan dan keluar dari situ saya langsung ke bandara. Secara mental, agak cape. Dengan pergi makan enak, minum enak, dan ada kesempatan merenung, saya jadi rileks lagi. Tapi dalam rileks tetap muncul kerinduan yang sangat. Ma, I’m starting a new job. New position, new responsibilities, new everything. I know you must be proud of me, as you always were. I know if this opportunity came months ago, I won’t be able to concentrate because I will focus on you. But still I want you to see me now.
The wine and limoncello must be kicking in because I’m feeling melancholy. But even without alcohol, I think I will always feel this way. I don’t know that I can miss someone this badly.